BAB 1
PENDAHULUAN
A. Pengertian Sejarah
Dalam kamus umum Bahasa Indonesia,
W.J.S. Poerwadarminta mengatakan sejarah adalah kejadian dan peristiwa
yang benar-benar terjadi pada maa yang lampau atau peristiwa penting
yang benar-benar terjadi. [1]
Objek
peristiwa sejarah terdapat objek peristiwa itu sendiri (what), orang
yang melakukannya (who), waktunya (when), tempatnya (where) dan latar
belakangnya (why). Seluruh aspek tersebut selanjutnya disusun secara
sistematis dan menggambarkan hubungan yang erat antara satu bangian
dengan bangian yang lain.
B. Pengertian Sejarah Islam
Menurut Maulana Ali dapat dipahami dari firman Allah yang terdapat pada ayat 202 surat Al-baqarah yang artinya:
Hai
orang-orang yang beriman , masuklah kamu ke dalam islam secara
keseluruhannya, dan janganlah kamu menuruti langkah-langkah syaitan,
sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
Dan juga dapat dipahami dari ayat 61 surat Al-anfal yang artinya: Dan
jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan
bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya dialah Tuhan yang maha
mendengar lagi maha mengetahui.
Kata
islam dari segi kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, taat dan
berserah diri kepada Tuhan dalam mencari upaya mencari keselamatan dan
kebahagiaan hidup baik didunia maupun akhirat. Hal demikian dilakukan
atas kesadaran dan kemauan atas diri sendiri, bukan paksaan atau
berpura-pura, melainkan sebagai panggilan dari fitrah dirinya sebagai
makhluk yang sejak dalam kandungan sudah menyatakan patuh dan tunduk
kepada tuhan.
Dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sejarah islam adalah berbagai
peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi, yang berkaitan dengan
pertumbuhan dan perkembangan agama islam dalam berbagai aspek. Dalam
kaitan ini maka muncullah berbagai istilah yang sering digunakan untuk
sejarah ini, di antaranya Sejarah Islam,[2] Sejarah Peradaban Islam,[3]Sejarah dan Kebudayaan Islam.[4]
BAB II
PEMBAHASAN
A. Periode Klasik (650-1250 M)
1. Dinasti Bani Umayyah
Berdirinya Dinasti bani Umayyah
Serangkaian
peristiwa penting mengawali Periode Klasik sejarah perkembangan umat
islam: Perang siffin (657 M), Tahkim (658 M), dan amul Jama’ah (661 M).
rangkaian peristiwa ini menjadi awal naiknya Bani Umayyah ke tangga
puncak kekuasaan atas umat islam.
Sebenarnya,
asal usul berdirinya Dinasti Bani Umayyah dapat ditelusuri hingga
peristiwa pembunuhan Khalifah Usman bin Affan. Setelah Khalifah Usman
bin Affan terbunuh, Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khalifah. Namun,
ternyata tidak seluruh kaum muslim mau membaiatnya, termasuk Muawiyah
yang saat itu menjadi Gubernur Syam. Muawiyah bersedia membaiat Ali jika
para pembunuh Khalifah Usman sudah diadili. Perlu diketahui bahwa
Muawiyah merasa berhak menuntut keadilan atas tumpahnya darah Usman
karena keduanya masih mengadili para pembunuh Usman bukan perkara mudah,
karena dilakukan oleh banyak orang.
Akibat
penentangan Muawiyah, pecahlah perang Siffin pada tahun 657 M.
ketika tentaranya terdesak, pihak Muawiyah meminta Arbitrase dengan
pihak Ali. Peristiwa yang mengakhiri perang Siffin ini dikenal dengan
sebutan Tahkim. Tahkim dimulai dengan melaksanakannya perundingan untuk
menentukan utusan tiap-tiap pihak, para perundingan tersebut, pihak
Muawiyah yamg diwakili Ainr bin Ash mengkhianati hasil kesepakatan
dengan menyatakan Muawiyah tetap sebagai gubernur Syiria.
Beberapa
tahun setelah tahkim khalifah ali terbunuh tepatnya pada 19 ramadhan 40
H/670 M. sebagai penggantinya dipilihlah anaknya sebagai Khalifah yaitu
Hasan bin Ali. Namun berkat kecerdikan Muawiyah kekuasaan Khalifah
jatuh ketangan Muawiyah melalui jalur Diplomasi. Peristiwa ini dikenal
dengan sebutan Amul Jama’ah( tahun persatuan). Peristiwa ini
mengungkuhkan Muawiyah sebagai Khalifah dan menandai berdirinya Dinasti
Umayyah.
Namun
kekuasaannya sebelum amul Jama’ah masih sangat terbatas. Amul Jama’ah
merupakan peristiwa sangat penting bagi Dinasti Bani umayyah karena
menjadi tanda pengukuh bagi eksistensi Dinasti Bani Umayyah. Pada saat
itulah para pengikut Hasan dan Husain membaiat Muawiyah.
Ekspedisi
yang dilakukan oleh dinasti Umayyah inilah yang membuat islam menjadi
negara besar. Dari pertemuan dan persatuan dari berbagai negara, bangsa,
suku dan bahasa menimbulkan kebudayaan dan peradaban yang baru.[5]
Para Khalifah Dinasti Bani Umayyah
Dinasti
Bani Umayyah di Damaskus berkuasa hampis satu abad (661-750 M). pada
saat tersebut Dinasti dipimpin oleh 14 Khalifah, yaitu:
1. Muawiyah bin abi Sofyan/Muawiyah I (661-680 M)
2. Yazid bin Muawiyah/ Yazid I (680-683 M)
3. Muawiyah bin Yazid/Muawiyah II (683 M)
4. Marwan bin Hakam/Marwan I (683-685 M)
5. Abdul Malik bin Marwan (685-705 M)
6. Walid bin Abdul Malik/Walid I (705-715 M)
7. Sulaiman bin Abdul Malik (715-717 M)
8. Umar bin Abdul Aziz/ Umar II (717-720 M)
9. Yazid bin Abdul Malik/ Yazid II (720-724 M)
10. Hisyam bin Abdul Malik (724-743 M)
11. Walid bin Yazid/Walid II (743-744 M)
12. Yazid bin Walid I/ yazid III (744 M)
13. Ibrahim bin Walid I (744)
14. Marwan bin Muhammad/ Marwan II (744-750 M)
Hanya
ada 4 penguasa yang paling menonjol karena dianggap paling berjasa,
yaitu Mawiyah I, Abdul Malik, Walid I, dan Umar II. Muawiyah dianggap
menonjol karena merupakan pendiri Dinasti Bani Umayyah.
Sebab keruntuhan Dinasti Bani Umyyah di Damaskus
1. Sistem pemilihan Khalifah melalui garis keturunan (monarchi heridetis) merupakan sesuatu yang baru bagi bangsa Arab
2. Ketidak cakapan beberapa Khalifah dalam memimpin dan mengelola pemerintahan
3. Persaingan antara Arab mudariyah dengan Arab Himyariyah.
4. Diskriminasi dan perlakuan yang tidak adil terhadap kaum Mawali (Muslim non arab).
Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Dinasti Bani Umayyah
a. Politik dan Pemerintahan
Untuk
memperlancar jalannya pemerintahan, Muawiyah menciptakan sistem pos
(diwan Al-barid). Sistem inilah yang menghubungkan pemerintah pusat
dengan pemerintah Provinsi. Didirikan juga departemen pencatatan (Diwan
Al-Khatam) untuk mendokumentasikan semua urusan pemerintahan.
Urusan
mencegah korupsi dan penyelewengan uang Negara, urusan pemerintahan
dipisahkan dari keuangan: Gubernur hanya mengurusi jalanya pemerintahan,
sementara untuk memungut pajak di tingkat provinsi diangkat pejabat
khusus. Pejabat itu biasa disebut Sahib al-kharaj, yang bertanggung
jawab langsung keoada khalifah. Departemen yang menangani urusan
perpajakan ini disebut diwan al-kharaj (departemen pajak).
Kebijakan
lain pemerintah Bani Umayyah adalah penetapan mata uang sendiri,
terbuat dari emas (dinar) dan perak (dirham).sebelumnya dipakai mata
uang romawi dan persia.
a. Militer
Selain
angkatan darat, angkatan laut model yang ditiru pada masa itu adalah
angkatan laut byzantium.selain itu ada juga organisasi kepolisian (as
syurthah), didalam organisasi tersebut di bentuk semacam brigade mobil
(Nizam al-ahdas) dengan tugas-tugas mirip tentara. Berkat tentara kuat
itulah daulah Bani Umayyah berhasil menaklukan Andalusia (spanyol dan
Portugal sekarang).
b. Sosial
Masyarakat Dinasti bani Umayah terbagi berdasarkan agama: Muslim dan Non Muslim.
c. Seni dan Budaya
Perkembangan
seni pda masa ini merupakan tahap awal dari perkembangan seni dan
budaya pada masa sesudahnya, yang meliputi banyak hal mulai dari sastra
sampai arsitektur. Dibidang sastra lahir para penyair hebat, seperti
Al-Farazdaq, Qathari bin Al-fuja’ah.pusat perkembangan sastra ada di
Damaskus, Kuffah, Basrah, Mekah, dan Madinah.
Pada
masa ini dibangun mesjid dengan arsitektur yang khas.dibangun pula
istana sebagai tempat istirahat Khalifah di padang pasir. Pada masa ini
berkembang pula seni ukir dan kaligrafi.
d. Ilmu pengetahuan
Meskipun
masih tahapawal, sudah ada perhatian dari penguasa dan keluarganya
untuk memajukan ilmu pengetahuan, Khalid bin Yazid cucu Khalifah
Muawiyah, misalnya memelopori penerjemahan ilmu kimia dan kedokteran.
Pada masa Walid bin Abdul Malik didirikan bimaristan yaitu semacam rumah
sakit yang juga sebagai tempat ilmu kedokteran. Beberapa cabang ilmu
pengetahuan meliputi ilmu bahasa, ilmu Qiraah, Hadis, Tafsir, Teologi,
dan Tarikh (sejarah) yang berkembang pada masa ini.
2. Dinasti Bani abbas
Dinasti
Bani abbas berkuasa sangatlah lama, lima abad lebih, tepatnya 750-1258
M. tercatat ada 37 orang yang pernah menjadi khalifah Dinasti Bani
Abbas.namun hanya senbilan Khalifah yang benar-benar secara de facto
memegang kekuasaan. Sisanya hanya menjadi simbul kekuasaan saja, sebab
yang menjalankan roda pemerintahan kebanyakan orang-orang dari keturunan
bangsa Turki dan Persia. Secara umum Dinasti bani Abbas dapat dibagi
menjadi lima periode:
a. Periode pertama (750-847 M)
Periode
pengaruh persia pertama. Dimulai oleh Khalifah Abul Abbas as-Saffah
sampai dengan Khalifah Al-watsiq. Dikenal sebagai abad keemasan islam
(the golden age of islam). Yng paling menonjol adalah perkembangan ilmu
pengetahuan dan peradaban islam yang sngat pesat.
b. Periode kedua ( 847-945 M)
Disebut sebagai masa pengaruh Turki pertama karena kekuasaan Khalifah banyak dikendalikan oleh orang-orang turki.
c. Periode ketiga (945-1075 M)
Merupakan
periode ketika kekuasaan Bani Abbas berada dibawah pengaruh Dinasti
Bani Buwaih, disebut juga masa pengaruh persia kedua. Bani Buwaih bahkan
memiliki kekuasaan melebihi kekuasaan Khalifah.
d. Periode keempat (1075-1160 M)
Kekuasaan
Dinasti Bani Abas berada di bawah Dinasti Saljuk. Periode ini kadang
disebut pengaruh turki kedua karena bani Saljuk berkebangsaan Turki.
Pada periode inilah terjadi perang Salib.
e. Periode kelima (1160-1258 M)
Dinasti Bani Abbas terbebas dari pengaruh kekuasaan lain, tapi kekuasaannya hanya berda dikota Bagdad dan sekitarnya.
Perkembangan Peradaban Islam pada Dinasti Bani Abbas
a. Politik dan pemerintahan
Khalifah
Dinasti Bani Abbas adalah penguasa dibidang keagamaan sekaligus bidang
keduniaan, atau aspek spiritual dan aspek temporal.
Untuk
menjalankan roda pemerintahan khalifah ini mengangkat menteri dan
membentuk kementrian. Untuk membantu Khalifah dibentuklah sekretariat
Negara dan dibantu oleh beberapa Sekretaris.
Wilayah Negara dibagi menjadi beberapa Provinsi yang dinamakan Imarat dengan Gubernurnya bergelar Amir.
b. Militer
Dibidang
militer Dinasti Bani Abbas mengalami kemajuan yang sangat pesat seiring
dengan kemakmuran yang dicapai oleh pemerintah. Angkatan perang pada
Dinasti ini terdiri dari tentara profesional yang mendapatkan gaji dari
negara.
Militer
Dinasti Bani abbas terdiri atas tiga bagian, yaitu paukan pemanah,
pasukan infanteri, dan pasukan berkuda/kaveleri. Senjata yang digunakan
berbeda-beda.
c. Seni dan Budaya
Perkembangan
dalam bidang seni dan budaya berkembang dengan baik, bidang ini
meliputi seni sastra, kaligrafi dan seni suara. Seni suara juga tumbuh
pada masa Dinasti Abbas jenis ini dinamakan handasatus saut atau musiqa.
d. Sosial
e. Ilmu Pengetahuan
B. Periode Pertengahan
1.Islam di Mongol
a. Asal-usul
Bangsa
mongol berasal dari daerah pegunungan mongoliayang membentang dari asia
tengah sampai siberia utara tibet selatan dan manchuria barat serta
turkistan timur. Masa mongol dalam syarah kebudayaan islam dimulai sejak
jatuhnya baghdad pada tahun 1258m ke tangan bangsa mongol bukan saja
mengakhiri khalifah abbasyiah disana bangsa mongol mempunyai watak yang
kasar. Sebelum memeluk agama islam mereka menganut agama (syamanisme)
menyembah bintang-bintang dan sujud kepada matahari. Islam di spanyol
umumnya pindah ke utara afrika.[6]
Tetapi
sejak dipimipn oleh Ahmad Teghuder Mahmud Ghazan raja ke tujuh dan
raja-raja selanjutnya adalah memeluk agama islam. Berbeda dengan raja
sebelumnya Ghazan mulai memperhatikan perkembangan peradaban.
b. Perkembangan peradaban
- Munculnya ilmu pengetahuan dan sastra
- Arsistektur
- Ilmu pengetahuan alam seperti antronomi,kimia,mineral, dan lain sebagainya
- Membangun biara untuk para darwis
- Membangun perguruan tinggi
- Membangun perpustakaan,observarium,gedung umum, dan lain sebagainya
c. Faktor-faktor kemunduran
- Pindahnya ilmu/ runtuhnya ilmu baru
- Penyelewengan ilmu
- Kurangnya katibul khanah
2. Islam Turki Usmani
a. asal usul.
Bangsa
turki dari kabilah Oqhuz yang mendiami daerah mongol dan daerah utara
negeri Cina dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke
turkistan kemudian persia dan irak meraka masuk islam sekitar abad 9/10
ketika mereka menetap di asia
b. Perkembangan peradaban
1. Bidang kemileteran dan pemerintahan
Para
pemimpin kerajaan usmani pada masa-masa pertama adalah orang-orang
yang kuat sehingga dapat melakunkan ekspansi dengan cepat dan luas.
Sehingga mencapai masa keemasan.
2. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Kebudayaan
Turki Usmani merupakan perpaduan macam-macam kebudayaan diantaranya
Kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab. Mengambil ajaran-ajaran tentang
etika dan tata krama dalam Istana Raja-raja
3. Bidang Keagamaan
Agama
mempunyaiperan besar dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat
digolongkan berdasarkan agama. Pada masa Turki Usmani terdapat dua
tarekat : Tarekat Bektasi dan tarekat Maulawi, kedua tarekat itu banyak
dianut oleh kalangan militer dan kalangan sipil.
c. Faktor-faktor Kemunduran.
· Kelemahan antara pengusaha
· Pemberontakan tentara Jenissari
· Terjadinya stagnasi lapangan dan teknologi
3. Islam di Safawi Persia
- Asal-usul
Ketika
kerajaan Usmani sudah mencapai puncak kemajuannya, kerajaan Safawi di
Persia baru berdiri. Kerajaan ini berkembang cepat, daulah ini berasal
dari sebuah gerakan tasawuf yang dipimpin oleh Syekh Shafi’udin.
Sedangkan nama Safawiyah diperoleh darinama pendiri Shafi Al-Din
(1252-1334 M) dan nama tersebut dipertahankan sampai tarekat ini menjadi
gerakan Politik.
- Perkembangan Peradaban
· Bidang Ekonomi
Stabilitas politik kerajaan Safawi pada masa Abbas I telah memacu perkembangan perekonomian (sektor perdagangan dan pertanian)
· Bidang Ilmu Pengetahuan
Ada
beberapa Ilmuwan yang datang atau hadir di majelis Istana, yaitu Baha
Al-Syairoji, filosof dan Muhammad Baqin Ibn Muhammad Damad Filosof ahli
Sejarah, teolog dan seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai
kehidupan lebah-lebah.
· Bidang Pembangunan Fisik dan Seni
Bangunan Sekolah, rumah sakit, Masjid dan lain sebagainya istana juga dibangun taman-taman wisata.
- Faktor Kemunduran
· Dekadensi moral yang melanda sebagian para pemimpin kerajaan Safawi.
· Karena pasukan yang dipimpin oleh Abbas I tidak mempunyai kekuatan Perang
· Terjadinya
persaingan segitiga antara suku-suku turki, pejabat-pejabat keturunan
Persia dan Qizilbash dalam merebut pengaruh untuk memimpin kerajaan
Safawi.
· Sering terjadi konflik Intern dalam bentuk perebutan kekuasaan dikalangan keluarga Istana.
· Konflik berkepanjangan dengan KerajaanUsmani
4. Islam Di Mughal India
a. Asal-usul
Kerajaan
ini berdiri ¼ abad sesudah kerajaan safawi, diantara tiga kerajaan
besarislam tersebut, kerajaan inilah kerajaan yang termuda. Daulah
mughal didirikamn oleh Hulogo yang terkenal dengan sebagai perusak dan
penghancur Baghdad. Namun sampai ke anak cucunya mereka telah berubah,
bukan lagi sebagai perusak tapi justru sebagai pembngun islam. Salah
seorang adalah Babur nama aslinya Zahir Ad-Din, pendiri mughal di India
b. Perkembangan perdaban
· Bidang Ekonomi, Pengembangan program pertanian, pertambangan, dan perdagangan
· Bidang Ilmu Pengetahuan. Berdirinya arsitektur seperti Istana, Villa, Masjid (Tajmahal) taman wisata lainnya
c. Kemunduran
· Terjadinya
stagnasi dalam peminaan kelemahan militer, sehingga Inggris di wilayah
pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.
· Kemerosotan Moral dan Gaya hidup mewah dikalangan elit politik
· Semua pewaris tahta pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam kepemimpinan.
C. Perkembangan Islam Periode Masa Modern
Pembaruan
dalam Islam yang timbul pada periode sejarah Islam mempunyai tujuan,
yakni membawa umat Islam pada kemajuan, baik dalam ilmu pengetahuan
maupun kebudayaan. Perkembangan Islam dalam sejarahnya mengalami
kemajuan dan juga kemunduran. Bab ini akan menguraikan perkembangan
Islam pada masa pembaruan. Pada masa itu, Islam mampu menjadi pemimpin
peradaban. Mungkinkah Islam mampu kembali menjadi pemimpin peradaban?
Dalam
bahasa Indonesia, untuk merujuk suatu kemajuan selalu dipakai kata
modern, modernisasi, atau modernisme. Masyarakat barat menggunakan
istilah modernisme tersebut untuk sesuatu yang mengandung arti pikiran,
aliran atau paradigma baru. Istilah ini disesuaikan untuk suasana baru
yang ditimbulkan oleh kemajuan, baik oleh ilmu pengetahuan maupun
tekhnologi.
A. Perkembangan Ajaran Islam, Ilmu Pengetahuan, dan kebudayaan
1. Pada bidang Akidah
Masalah
tauhid memang merupakan ajaran yang paling dasar dalam Islam . oleh
karena itu, tidak mengherankan apabila Muhammad Abdul Wahab memusatkan
perhatiannya pada persoalan ini. Ia memiliki pokok-pokok pemikiran
sebagai berikut.
- Yang harus disembah hanyalah Allah SWT dan orang yang menyembah selain dari Nya telah dinyatakan sebagai musyrik
- Kebanyakan orang Islam bukan lagi penganut paham tauhid yang sebenarnya karena mereka meminta pertolongan bukan kepada Allah, melainkan kepada syekh, wali atau kekuatan gaib. Orang Islam yang berperilaku demikian juga dinyatakan sebagai musyrik
- Menyebut nama nabi, syekh atau malaikat sebagai pengantar dalam doa juga dikatakan sebagai syirik
- Meminta syafaat selain kepada Allah juga perbuatan syrik
- Bernazar kepada selain Allah juga merupakan sirik
- Memperoleh pengetahuan selain dari Al Qur’an, hadis, dan qiyas merupakan kekufuran
- Tidak percaya kepada Qada dan Qadar Allah merupakan kekufuran.
- Menafsirkan Al Qur’an dengan takwil atau interpretasi bebas juga termasuk kekufuran.
Untuk
mengembalikan kemurnian tauhid tersebut, makam-makam yang banyak
dikunjungi denngan tujuan mencari syafaat, keberuntungan dan lain-lain
sehingga membawa kepada paham syirik, mereka usahakan untuk dihapuskan.
Pemikiran-pemikiran Muhammad Abdul Wahab yang mempunyai pengaruh pada
perkembangan pemikiran pembaruan di abad ke-19 adalah sebagai berikut.
- Hanya alquran dan hadis yang merupakan sumber asli ajaran-ajaran Islam. Pendapat ulama bukanlah sumber
- Taklid kepada ulama tidak dibenarkan
- Pintu ijtihad senantiasa terbuka dan tidak tertutup
Muhammad
Abdul Wahab merupakan pemimpin yang aktif berusaha mewujudkan
pemikirannya. Ia mendapat dukungan dari Muhammad Ibn Su’ud dan putranya
Abdul Aziz di Nejed. Paham-paham Muhammad Abdul Wahab tersebar luas dan
pengikutnya bertambah banyak sehingga di tahun 1773 M mereka dapat
menjadi mayoritas di Ryadh. Di tahun 1787, beliau meninggal dunia tetapi
ajaran-ajarannya tetap hidup dan mengambil bentuk aliran yang dikenal
dengan nama Wahabiyah.
2. Pada bidang Ilmu Pengetahuan
Islam
merupakan agama yang sangat mendukung kemajuan ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu, Islam menghendaki manusia menjalankan kehidupan yang
didasarkanpada rasioanlitas atau akal dan iman. Ayat-ayat Al Qur’an
banyak memberi tempat yang lebih tinggi kepada orang yang memiliki ilmu
pengetahuan, Islam pun menganjurkan agar manusia jangan pernah merasa
puas dengan ilmu yang telah dimilikinya karena berapapun ilmu dan
pengetahuan yang dimiliki itu, masih belum cukup untuk dapat menjawab
pertanyaan atau masalah yang ada di dunia ini. Firman Allah SWT( lihat Al_qur’an onlines di google)
Artinya : “Dan
seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta),
ditambahkan kepada tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak
akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah maha
perkasa lagi maha bijaksana.” (QS luqman : 27)
Ajaran
Islam tersebut mendapat respon yang positif dari para pemikir Islam
sejak zaman klasik (650-1250 M), zaman pertengahan (1250-1800 M) hingga
periode modern (1800 m dan seterusnya). Masa pembaruan merupakan zaman
kebangkitan umat Islam. Jatuhnya mesir ke tangan barat menynadarkan umat
Islam bahwa di barat telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi dan
merupakan ancaman bagi Islam. Raja-raja dan pemuka-pemuka Islam mulai
memikirkan cara untul meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam.
Pemikiran dan usaha pembaruan antara lain sebagai berikut.
a. Praperiode modern (1250-1800 M)
Sebenarnya
pembaruan dan perkembangan ilmu pengetahuan telah dimulai sjak periode
pertengahan, terutama pada masa kerajaan usmani. Pada abad ke-17, mulai
terjadi kemunduran khusunya ditandai oleh kekalahan-kekalahan yang
dialami melalui peperangan melawan negara-negara Eropa. Peristiwa
tersebut diawali dengan terpukul mundurnya tentara usmani ketika dikirm
untuk menguasai wina pada tahun 1683. kerajaan usmani menyerahkan
Hungaria kepada Austria, daerah Podolia kepada Polandia, dan Azov kepada
Rusia dengan perjanjian Carlowiz yang ditandatangani tahun 1699
Pada
tahun 1720, Celebi Mehmed diangkat subagai duta di Paris dengan tugas
khusu mengunjungi pabrik-pabrik, benteng-benteng pertahanan, dan
institusi-institusi lainnya serta memberi laporan tentang kemajuan
tekhnik, organisasi angkatan perang modern, rumah sakit, observatorium,
peraturan, karantina, kebun binatang, adat istiadat dan lain sebagainya
seperti ia lihat di Perancis. Di tahun 1741 M anaknya, Said Mehmed
dikirim pula ke paris
b. Pembaruan pada periode modern (1800 M – dan seterusnya)
Kaum
muslim memiliki banyak sekali tokoh – tokoh pembaruan yang pokok –
pokok pemikirannya maupun jasa-jasanya di berbagai bidang telah
memberikan sumbangsih bagi uamt Islam di dunia. Beberapa tokoh yang
terkenal dalam dunia ilmu pengetahuan atau pemikiran Islam tersebut
antara lain sebagai berikut.
1) Jamaludin Al Afgani (Iran 1838 – Turki 1897)
Salah
satu sumbangan terpenting di dunia Islam diberikan oleh sayid Jamaludin
Al Afgani. Gagasannya mengilhami kaum muslim di Turki, Iran, mesir dan
India. Meskipun sangant anti imperialisme Eropa, ia mengagungkan
pencapaian ilmu pengetahuan barat. Ia tidak melihat adanya kontradiksi
antara Islam dan ilmu pengetahuan. Namun, gagasannya untuk mendirikan
sebuah universitas yang khusus mengajarkan ilmu pengetahuan modern di
Turki menghadapi tantangan kuat dari para ulama. Pada akhirnya ia diusir
dari negara tersebut.
2) Muhammad Abduh (mesir 1849-1905) dan Muhammad Rasyd Rida (Suriah 1865-1935)
Toha
husein adalah seorang sejarawan dan filsuf yang amat mendukung gagasan
Muhammad Ali Pasya. Ia merupakan pendukung modernisme yang gigih.
Pengadopsian terhadap ilmu pengetahuan modern tidak hanya penting dari
sudut nilai praktis (kegunan)nya saja, tetapi juga sebagai perwujudan
suatu kebudayaan yang amat tinggi. Pandangannya dianggap sekularis
karena mengunggulkan ilmu pengetahuan.
4) Sayid Qutub (Mesir 1906-1966) dan Yusuf Al Qardawi.
Al
qardawi menekankan perbedaan modernisasi dan pembaratan. Jika
modernisasi yang dimaksud bukan berarti upaya pembaratan dan memiliki
batasan pada pemanfaatan ilmu pengetahuan modern serta penerapan
tekhnologinya, Islam tidak menolaknya bahkan mendukungnya. Pandangan al
qardawi ini cukup mewakili pandangan mayoritas kaum muslimin. Secara
umum, dunia Islam relatif terbuka untuk menerima ilmu pengetahuan dan
tekhnologi sejauh memperhitungkan manfaat praktisnya. Pandangan ini
kelak terbukti dan tetap bertahan hingga kini di kalangan muslim. Akan
tetapi, dikalangan pemikir yang mempelajari sejarah dan filsafat ilmu
pengetahuan, gagasan seperti ini tidak cukup memuaskan mereka.
5) Sir Sayid Ahmad Khan (india 1817-1898)
Sir
Sayid Ahmad Khan adalah pemikir yang menyerukan saintifikasi masyarakat
muslim. Seperti halnya Al Afgani, ia menyerukan kaum muslim untuk
meraih ilmu pengetahuan modern. Akan tetapi, berbeda dengan Al Afgani ia
melihat adanya kekuatan yang membebaskan dalam ilmu pengetahuan dan
tekhnologi modern. Kekuatan pembebas itu antara lain meliputi penjelasan
mengenai suatu peristiwa dengan sebab-sebabnya yang bersifat fisik
materiil. Di barat, nilai-nilai ini telah membebaskan orang dari
tahayuldan cengkeraman kekuasaan gereja. Kini, dengan semangat yang
sama, Ahmad Khan merasa wajib membebaskan kaum muslim dengan melenyapkan
unsur yang tidak ilmiah dari pemahaman terhadap Al Qur’an. Ia amat
serius dengan upayanya ini antara lain dengan menciptakan sendiri metode
baru penafsiran Al Qur’an. Hasilnya adalah teologi yang memiliki
karakter atau sifat ilmiah dalam tafsir Al Qur’an
6) Sir Muhammad Iqbal (Punjab 1873-1938)
Generasi
awal abad ke-20 adalah Sir Muhammad Iqbal yang merupakan salah seorang
muslim pertama di anak benua India yang sempat mendalami pemikiran barat
modern dan mempunyai latar belakang pendidikan yang bercorak
tradisional Islam. Kedua hal ini muncul dari karya utamanya di tahun
1930 yang berjudul The Reconstruction of Religious Thought in Islam (Pembangunan Kembali Pemikiran Keagamaan dalam Islam). Melalui penggunaan istilah recontruction,
ia mengungkapkan kembali pemikiran keagamaan Islam dalam bahasa modern
untuk dikonsumsi generasi baru muslim yang telah berkenalan dengan
perkembangan mutakhir ilmu pengetahuan dan filsafat barat abad ke-20
B. Perkembangan Kebudayaan pada masa Pemabaharuan
Bangsa
Turki tercatat dalam sejarah Islam dengan keberhasilannya mendirikan
dua dinasti yaitu Dinasti Turki Saljuk dan Dinasti Turki Usmani. Di
dunia Islam, ilmu pengetahuan modern mulai menjadi tantangan nyata sejak
akhir abad ke-18, terutama sejak Napoleon Bonaparte menduduki Mesir
pada tahun 1798 dan semakin meningkat setelah sebagian besar dunia Islam
menjadi wilayah jajahan atau dibawah pengaruh Eropa.akhirnya
serangkaian kekalahan berjalan hingga memuncak dengan jatuhnya dinasti
Usmani di Turki. Proses ini terutama disebabkan oleh kemjuan tekhnologi
barat. Setelah pendudukan Napoleon, Muhammad Ali memainkan peranan
penting dalam kampanye militer melawan Perancis. Ia diangkat oleh
pengusaha Usmani menjadi Pasya pada tahun 1805 dan memerintah Mesir
hingga tahun 1894
Buku-buku
ilmu pengetahuan dalam bahasa Arab diterbitkan. Akan tetapi, saat itu
terdapat kontroversial percetakan pertama yang didirikan di Mesir
ditentang oleh para ulama karena salah satu alatnya menggunakan kulit
babi. Muhammad Ali Pasya mendirikan beberapa sekolah tekhnik dengan
guru-gurunya dari luar negaranya. Ia mengirim lebih dari 4000 pelajar ke
Eropa untuk mempelajari berbagai ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Kebudayaan
turki merupakan perpaduan antara kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab.
Dari kebudayaan Persia, mereka banyak menerima ajaran-ajaran tentang
etika dan tatakrama kehidupan kerajaan atau organisasi pemerintahan.
Prinsip kemiliteran mereka dapatkan dari Bizantium, sedangkan dari Arab,
mereka mendapat ajaran tentang prinsip ekonomi, kemasyarakatan, dan
ilmu pengetahuan.
Orang-orang
Turki Usmani dikenal sebagai bangsa yang senang dan mudah berasimilasi
dengan bangsa lain dan bersikap terbuka terhadap kebudayaaan luar. Para
ilmuwan ketika itu tidak menonjol. Namun demikian, mereka banyak
berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa
bangunan-bangunan masjid yang indah seperti masjid Sultan Muhammad Al
Fatih, masjid Sulaiman, dan masjid Abu Ayub Al Ansari. Masjid-masjid
tersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yang indah. Salah satu masjid
yang terkenal dengan keindahan kaligrafinya adalah masjid yang awalnya
berasalh dari gereja Aya Sophia.
Islam
dan kebudayaannya tidak hanya merupakan warisan dari masa silam yang
gemilang, namun juga salah satu kekuatan penting yang cukup
diperhitungkan dunia dewasa ini. Al Qur’an terus menerus dibaca dan
dikaji oleh kaum muslim. Budaya Islam pun tetap merupakan faktor
pendorong dalam membentuk kehidupan manusia di permukaan bumi.
Toleransi
beragama merupakan salah satu kebudayaan Islam dan tidak ada satupun
ajaran Islam yang bersifat rasialisme. Dalam hal ini, agama yang
ditegakkan oleh Nabi Muhammad mengandung amanat yang mendorong kemajuan
bagi seluruh umat manusia, khusunya umat Islam di dunia.
C. Manfaat Sejarah Islam pada Masa Pembaruan
1.
Sejarah dikemukakan dalam Al Qur’an sebagai kisah atau peristiwa yang
dialami umat manusia di masa lalu. Orang yang tidak mau mengambil hikmah
dari sejarah mendapat kecaman karena mereka tidak mendapat pelajaran
apapun dari kisah dalam Al Qur’an. Melalui sejarah, kita dapat mencari
upaya antisipasi agar kekeliruan yang mengakibatkan kegagalan di masa
lalu tidak terulang di masa yang akan datang.
2.
Pelajaran yang dapat diambil dari sejarah dapat menjadi pilihan ketika
mengambil sikap. Bagi orang yang mengambil jalan sesuai dengan ajaran
dan petunjuk Nya, orang tersebut akan mendapat keselamatan
3.
pembaruan akan memberi manfaat berupa inspirasi unutk mengadakan
perubahan-perubahan sehingga suatu pekerjaan akan menajdi lebih efektif
dan efisien
4.
dalam sejarah, dikemukakan pula masalah sosial dan politik yang
terdapat di kalangan bangsa-bangsa terdahulu. Semua itu agar menjadi
perhatian dan menjadi pelajaran ketika menghadapi permasalahan yang
mungkin akan terjadi
5.
pembaruan mempunyai pengaruh besar pada setiap pemerintahan. Sebagai
contoh, pada zaman Sultan Mahmud II sadar bahwa pendidikan madrasah
tradisional tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman abad ke-19. oleh
karena itu, dibuatlah pembaruan-pembaruan di bidang pendidikan yang
memasukkan unsur ilmu pengetahuan umum ke dalam sistem pendidikan negara
tersebut.
6.
corak atau bentuk negara dianggap kalangan tertentu bukan persoalan
agama, tetapi persoalan duniawi sehingga hal tersebut diserhakan kepada
manusia untuk menentukannya. Hal seperti ini dilakukan oleh Mustafa
Kemal Pasya dalam menghapus sistem kekhilafan dari kerajaan Usmani.
D. Perilaku Cerminan Penghayatan terhadap Sejarah Islam pada Masa Pembaruan
Ada
beberapa perlaku yang dapat dijadikan cerminan terhadap penghayatan
akan sejarah perkembangan Islam pada masa pembaruan ini. Hal-hal
tersebut adalah sebagai berikut.
- Menyikapi kejadian masa lalu dengan sikap sabar dan menanamkan jihad yang sesuai dengan ajaran Al Qur’an dan hadis
- Sejarah dapat dijadikan sumber inspirasi untuk membuat langkah-langakah inovatif agar kehidupan menusia dapat damai dan sejahtera baik di dunia maupun di akhirat.
- Memotivasi diri terhadap masa depan agar memperoleh kemajuan serta mengupayakan agar sejarah yang mengandung nilai negatif atau kurang baik tidak akan terualng kembali.
- Membangun masa depan berdasarkan pijakan-pijakan yang telah ada di masa lalu sehingga dapat membangun negara senantiasa menjadi baldatun tayyibatun wa rabbun gafur atau negara yang baik dan mendapat ampunan dari Allah SWT
- Ilmu pengetahuan dan tekhnologi di masa pembaruan cukup canggih dan menakjubkan sehingga melalui proses belajar akan dapat diperoleh kemajuan yang lebih baik bagi gemerasi-generasi muslim di masa depan.
E. Pengaruh Perkembangan Dunia Islam terhadap Umat Islam di Indonesia
Pembaruan
di negara-negara timur tengah tidak hanya tersebar di lingkungan mereka
sendiri, namun juga meluas hingga ke Indonesia. Pengaruh-pengaruh dari
pembaruan tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Gema
pembaruan yang dilakukan oleh Jamaludin Al Afgani an syekh Muhammadn
Abdul Wahhab sampai juga ke Indonesia, terutama terhadap tokoh-tokoh
seperti Haji Muhammad Miskin (Kabupaten Agam, Sumatera Barat), Haji
Abdur Rahman (Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat), dan Haji
Salman Faris (Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat). Mereka dikenal
dengan nama Haji Miskin, Haji Pioabang dan Haji sumaniik. Sepulang dari
tanah suci, mereka terilhami oleh paham syekh Muhammad Abdul Wahhab.
Mereka pulang dari tanah suci pada tahun 1803 M dan sebagai pengaruh
pemikiran para pembaru timur tengah tersebut adalah timbulnya gerakan
paderi. Gerakan tersebut ingin membersihkan ajaran Islam yang telah
bercampur-baur dengan perbuatan-perbuatan yang bukan Islam. Hal ini
menimbulkan pertentangan antara golongan adat dan golongan Paderi.
2. Pada
tahun 1903 M murid-murid dari Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawy,
seorang ulama besar bangsa Indonesia di makkah yang mendapat kedudukan
mulia di kalangan masyarakat dan pemerintahan Arab, kembali dari tanah
suci. Murid-murid dari syekh ahmad inilah yang menjadi pelopor gerakan
pembaruan di minangkabau dan akhirnya berkembang ke seluruh Indonesia.
Mereka antara lain sebagai berikut : Syekh Haji Abdul Malik Karim
Amrullah (Buya Hamka), Syekh Daud Rasyidi, Syekh Jamil Jambik dan Kyai
Haji Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah)
3. Munculnya
berbagai organisasi dan kelembagaan Islam modern di Indonesia pada awal
abad ke-20, baik yang bersifat keagamaan, politik maupun ekonomi.
Organisasi tersebut ialah sebagai berikut.
a. Jamiatul
Khair (1905 M) yang merupakan wadah lembaga pendidikan dan pengkaderan
generasi muda penerus perjuangan Islam dan berlokasi di Jakarta
b. Muhammadiyah
(18 November 1912) yang didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan. Ia memiliki
pemikiran yang tidak menghendaki berkembangnya bid’ah, tahayul kurafat
dan mengembalikan ajaran Islam yang sesuai dengan Al Qur’an dan hadis di
Yogyakarta
c. Al Irsyad (1914 M) dibawah pimpinan Ahmad Sukarti dan bertempat di Jakarta.
d. Persatuan
Islam (persis) dibawah pimpinan Ahmad Hasan yang didirikan tahun 1923
di Bandung. Al Irsyad dan Persis memiliki bentuk gerakan yang hampir
sama dengan Muhammadiyah.
e. Seriakt
Dagang Islam (1911) di bawah pimpinan Haji Samanhudi di Solo. Pada
awalnya gerakan tersebut bersifat ekonomi dan keagamaan. Akan tetapi
kemudian berubah menjadi kegiatan yang bersifat politik. Terjadi
perubahan kembali menjadi Partai Serikat Islam dan pada tahun 1929
kembali berubah menjadi PSII (partai Serikat Islam Indonesia).
f. Jamiyatul
Nahdatul Ulama (NU) yang lahir 13 Januari 1926 di surabaya di bawah
pimpinan KH Hasym Asyari. Nahdatul Ulama merupakan wadah para ulama di
dalam tugas memimpin masyarakat muslim menuju cita-cita kejayaan Islam.
Gerkannya kemudian juga berubah ke arah politik
g. Matla’ul Anwar (1905) di Menes, Banten yang didirikan oleh KH M. Yasin. Organisasi ini bersifat sosial keagamaan dan pendidikan.
h. Pergerakan
Tarbiyah (Perti) di Sumatera Barat yang didirikan oleh Syekh Sulaiman
Ar Rasuli pada tahun 1928. organisasi ini bergerak di bidang pendidikan,
membasmi bid’ah, khurafat dan tahayul serta taklid di kalangan umat
Islam
i. Persatuan
Muslim Indonesia (Permi) yang didirikan pada tanggal 22 mei 1930 di
bukit tinggi. Organisasi ini pada mulanya bersifat keagamaan, tetapi
kemudian menjadi partai politik yang menuntut kemerdekaan Indonesia.
Pemimpinnya adalah Muchtar Lutfi
j. Majlis
Islam ‘Ala Indonesia yang didirikan atas prakarsa KH Ahmad Dahlan dan
KH Mas Mansur pada tahun 1937. pada mulanya organisasi ini tidak
terlibat pada kegiatan politik, tapi pada akhirnya terlibat pula dalam
politik praktis yaitu dengan melakukan perlawanan terhadap penjajah
Belanda.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa gerakan pembaruan yang menyebabkan
lahirnya organisasi keagamaan pada mulanya bersifat keagamaan, tetapi
seiring dengan kondisi masyarakat pada saat itu kemudian menjelma
menjadi kegiatan politik yang menuntut kemerdekaan Indonesia dan hal
tersebut dirasakan mendapat pengaruh yang signifikan dari
pemikir-pemikir para pembaru Islam, baik di tingkat nasional maupun
internasional.
Islam
dan kebudayaannya tidak hanya merupakan warisan dari masa silam yang
gemilang, namun juga salah satu kekuatan penting yang cukup
diperhitungkan dunia dewasa ini. Al Qur’an terus menerus dibaca dan
dikaji oleh kaum muslim. Budaya Islam pun tetap merupakan faktor
pendorong dalam membentuk kehidupan manusia di permukaan bumi.
2. Daftar Pustaka
1. Yahya Mukhtar, sejarah dan kebudayaan islam;jakarta; PT. pustaka al husna Baru,2003
2. Qadhawi al yusuf, Distori sejarah Islam, jakarta,D’ar asy-syuruq,2005
3. Nizar Samsul, sejarah Pendididkan Islam, jakarta, kencana,2007
4. Lubis Arbiyah,Islam di Abad Pertengahan,B.aceh,pena2008
[1] W.J.S. poerwadarminta, kamus Umum Bahasa Indonesia, (jakarta:Balai Pustaka, 1991), cet.XII, hlm. 887
[2] Istilah Sejarah Islam antara lain digunakan oleh Prof. Dr. Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam, sebanyak 4 jilid.
[3] Istilah Sejarah Peradaban Islam antara lain digunakan oleh Drs. Badri Yatim.
[4] Istilah Sejarah dan Kebudayaan Islam antara lain digunakan oleh A. Syalabi.
[5] Dr. Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, Bulan Bintang Jakarta, Hlm. 60-63