A.
Perekonomian Dua
Sektor
Perekonomian dua sektor adalah perekonomian yang
terdiri dari sektor perusahaan dan sektor rumah tangga. Dalam perekonomian
tidak terdapat pajak dan pengeluaran pemerintah. Perekonomian itu juga tidak
melakukan perdagangan luar negeri dan dengan demikian perekonomian itu tidak
melakukan kegiatan ekspor dan impor.
Dalam
perekonomian dua sektor sumber pendapatan yang diperoleh rumah tangga adalah
dari perusahaan. Pendapatan ini meliputi gaji, upah, sewa, bunga dan keuntungan
adalah sama nilainya dengan pendapatan nasional. Dan oleh karena itu pemerintah
tidak memungut pajak maka pendapatan nasional (Y) adalah sama dengan pendapatan
disposebel (Yd) atau Y = Yd.
Pendapatan yang digunakan oleh rumah
tangga akan digunakan untuk dua tujuan yaitu untuk pengeluaran konsumsi dan
ditabung. Tabungan ini akan dipinjamkan kepada penanam modal atau investor dan
akan digunakan untuk modal, untuk membeli barang–barang seperti mesin–mesin,
bahan baku, peralatan produksi, mendirikan bangunan pabrik dan bangunan kantor.[1]
B.
Hubungan antara
Konsumsi dan Pendapatan
Terdapat beberapa faktor yang menentukan tingkat
pengeluaran rumah tangga (secara seunit kecil atau dalam keseluruhan ekonomi).
Yang terpenting dalam perekonomian dua sektor adalah pendapatan rumah tangga.
Tabel yang menggambarkan hubungan di antara konsumsi rumah tangga dan
pendapatan dinamakan daftar (skedul) konsumsi. Daftar konsumsi pada dasarnya
menggambarkan besarnya konsumsi rumah tangga pada tingkat pendapatannya yang
berubah-ubah.
Misalnya, seperti dapat dilihat dalam tabel 1.1,
pada waktu pendapatan seseorang adalah Rp.500 ribu konsumsinya adalah Rp.500
ribu, pada waktu pendapatanya Rp.900 ribu konsumsinya Rp. 800 ribu, tabel 1.1
secara terperincih menunjukan hubungan di antara tingkat pendapatan disposebel
dengan pengeluaran konsumsi dan tabungan rumah tangga.
TABEL 1.1
Daftar konsumsi dan tabungan rumah tangga
(dalam ribuan rupiah)
Pendapatan
disposebel
(Yd)
(1)
|
Pengeluaran
konsumsi (C)
(2)
|
Tabungan
(S)
(3)
|
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
|
125
200
275
350
425
500
575
650
725
800
875
|
-125
-100
-75
-50
-25
0
25
50
75
100
125
|
1. Pada
pendapatan yang rendah rumah tangga mengorek tabungan.
Pada
waktu pendapatan disposebel adalah (Yd = 0 ), pengeluaran konsumsi
adalah Rp.125 ribu. Ini berarti rumah tangga harus menggunakan harta atau
tabungan masa lalu untuk membiayai pengeluaran konsumsinya.
2. Kenaikan
pendapatan menaikan pengeluaran konsumsi.
Biasanya
pertambahan pendapatan adalah lebih tinggi dari pada pertambahan konsumsi.
3. Pada
pendapatan yang tinggi rumah tangga menabung.
Pertambahan
pendapatan selalu lebih besar dari pertumbuhan konsumsi maka pada akhirnya
rumah tangga tidak “mengorek tabungan” lagi. ia akan mampu menabung sebagian
dari pendapatannya.[2]
Ø Konsumsi, pendapatan dan tabungan
hubungannya sangat erat. Menurut pendapat JM Keyness dikenal dengan Psychological Consumption membahas
tingkah laku masyarakat dalam konsumsi jika dihubungkan dengan pendapatan.
Ø Pendapat JM Keyness sebagai berikut
:
·
Jika pendapatan naik, maka konsumsi
akan naik, tetapi tidak sebanyak kenaikan pendapatan.
·
Setiap kenaikan pendapatan akan
digunakan untuk konsumsi dan tabungan.
·
Setiap kenaikan pendapatan jarang
menurunkan konsumsi dan tabungan.[3]
C. Fungsi
Konsumsi dan Fungsi Tabungan
Dalam analisis makroekonomi yang lebih penting
bukanlah melihat konsumsi dan tabungan suatu rumah tangga, tetapi melihat
konsumsi dan tabungan dari semua rumah tangga dalam perekonomian. Pengeluaran
konsumsi dari semua rumah tangga dalam perekonomian dinamakan konsumsi agregat
dan tabungan semua rumah tangga dalam perekonomian dinamakan tabungan agregat.
1. Ciri-ciri
Fungsi Konsumsi dan Tabungan
Sebelum
menerangkan ciri-ciri fungsi konsumsi dan fungsi tabungan terlebih dahulu perlu
didefinisikan arti dari istilah fungsi konsumsi dan fungsi tabungan.
a. Fungsi
konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan diantara tingkat
konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional
perekonomian tersebut.
b. Fungsi
tabungan adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan diantara tingkat
tabungan rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional
perekonomian tersebut.
2. Penentu-penentu
Lain Konsumsi dan Tabungan
a. Kekayaan
yang telah terkumpul.
b. Suku
bunga.
c. Sikap
berhemat.
d. Keadaan
perekonomian.
e. Distribusi
pendapatan.
f. Tersedia
tidaknya dana pensiun yang mencukupi.
D.
Investasi
(Penanaman Modal)
1. Definisi
dan arti Investasi
Investasi
atau penanaman modal merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat
pengeluaran agregat. Dengan demikian investasi dapat diartikan sebagai
pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk
membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam
perekonomian.
2. Fungsi
investasi
Kurva
yang menunjukan perkaitan di antara tingkat investasi dan tingkat pendapatan
nasional dinamakan fungsi investasi.
3. Penentu-penentu
tingkat Investasi
a. Ramalan
keadaan perekonomian di masa depan.
b. Perubahan
dan perkembangan teknologi.
c. Efek
pertumbuhan pendapatan nasional.
d. Keuntungan
perusahaan.
E. Perubahan
keseimbangan dan multiplier
Dari satu periode ke periode lainnya keseimbangan
pendapatan nasional akan selalu mengalami perubahan. Dalam perekonomian dua
sektor perubahan tersebut disebabkan oleh perubahan dalam investasi.
Perkembangan teknologi, misalnya akan menambah investasi dan investasi yang
bertambah akan memindahkan pengeluaran agregat ke atas.
Analisis mengenai multiplier bertujuan untuk
menerangkan pengaruh dari kenaikan atau kemerosotan dalam pengeluaran agregat
keatas tingkat keseimbangan dan terutama keatas tingkat pendapatan nasional.[4]
DAFTAR PUSTAKA
Sukirno, Sadono. 1987. Pengantar
Teori Makro Ekonomi, Lembaga Penerbit FEUI.
Sukirno, Sadono. 2010. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta.
Rajawali Pers.