A. Sejarah Munculnya
Maturidiah
Maturidiah
merupakan satu dari sekian banyak aliran-aliran Islam di bumi ini.
Adapun nama Maturidiah diambil dari nama Maturid, sebuah kota kecil di daerah
Samarkand (termasuk daerah Uzbekistan), pendirinya bernama Abu Mansur Muhammad
bin Muhammad yang dilahirkan di kota tersebut. Sekitar abad ketiga Hijriah
yakni tahun 333 H. Ia meninggal dunia dikota Samarkand.
Pada pertiga terakhir di abad ketiga hijriah aliran
Mu’tazilah sudah mulai mengalami
kemunduran, disaat itu pulalah ia mencari ilmu, dan diantara gurunya ialah Nasr bin Yahya al-Balakhi (wafat 268 H). Di
negeri tempat ia dibesarkan inilah terjadi perdebatan antara fiqh Hanafiah dengan
fiqh Syafiiyah, bahkan dalam upacara-upacara kematian pun tak lepas dari
perdebatan.[1]
Di bidang fiqh, al-Maturidi mengikuti mazhab Hanafi.
Menurut ulama-ulama Hanafiah, dalam
bidang ‘aqidah sama benar dengan pendapat-pandapat imam Abu Hanifah.
Guna mengetahui sistem pemikiran al-Maturidi kita
tidak bisa melepas pemikiran-pemikiran al-Asyhariah dan Mu’tazilah, sebab ia
tidak bisa terlepas dari masanya. Persamaan Maturidiah dan Asyariah terdapat
pada masa hidupnya dan juga mempunyai tujuan yang sama dalam membendung dan
melawan aliran Mu’tazilah. Perbedaannya ialah kalau Asyariah menghadapi negeri
kelahiran aliran Mu’tazilah yakni Basrah dan Irak pada umumnya sedangkan
al-Maturidi menghadapi aliran Mu’tazilah di negerinya. Di samping itu perbedaan yang jelas diantara keduanya
terdapat pada fiqh, Asyhariah dengan
mazhab Sayfi’i sedangkan Maturidiah dengan mazhab Hanafi.[2]
Kepopuleran Maturidi tampak pada masa pemerintahan
Al-Mu’tamad (w.289 H/902 M),bersamaan dengan masa itu hidup pula tokoh-tokoh i’tizal
yang terkenal diantaranya: Juba’i (w.303 H/916 M) dan Abu Hasyim Al-Jaba’i
(w.321 H/ 922 M),selain itu ada juga tokoh kalam Abu Ja’far Ahmad Al-Tahawi (w.
933 M) serta lahir aliran al kalam yang di bangun oleh Abu Al-Hasan Al-Asy’ri[3][3]
Menurut Al Kusairi, wilayah Sind dan Samarkand
merupakan wilayah yang selamat dari bahaya nafsu dan bid’ah. Karena aliran ahli
sunah sudah meresap dalam jiwa mereka. Dan aliran ahli sunah berpindah-pindah
dari satu generasi ke generasi lain, sampai datang seorang imam yaitu Abu
Mansur Al-Maturidi yang dikenal pula dengan nama imam Al-Huda.
B. Tokoh-tokoh Aliran
Maturidiah
Tokoh-tokoh
aliran maturidiah terdiri terdiri dari para pengikut aliran Fiqih
Hanafiah.Mereka tidak sekuat para tokoh aliran Asy’ariah. Para tokoh aliran
Maturidiah antara lain : Al-Bazdawi, At-Taftazani, An Nasafi, dan Ibnul Hammam.
Di antara mereka yang paling terkenal adalah al-Bazdawi, sehingga dalam aliran
Maturidiah terdapat dua golongan, yaitu golongan Maturidiah Samarkand yang
dipelopori oleh Abu Mansur Al-Maturidi dan golongan Maturidiah Bhukara yang
dipelopori oleh Abu Yusuf Muhammad Al Bazdawi.
C. Ajaran-ajaran Pokok
Aliran Maturidiah
1.
Sifat-sifat Tuhan
Mengenai sifat-sifat
Tuhan Maturidi sependapat dengan Asy’ari.Bagi mereka Tuhan mempunyai
sifat-sifat. Tuhan mengetahui bukan dengan zat-Nya, melainkan mengetahui dengan
pengetahuan-Nya,dan berkuasa bukan dengan zat-Nya, melainkan dengan
kekuasaan-Nya.[4]
2.
Perbuatan Manusia
Aliran Maturidiah
sependapat dengan aliran Mu’tazilah.Mereka mengatakan bahwa manusialah yang
mewujudkan perbuatan-perbuatannya.Dengan demikian maka paham Maturidiah dalam
hal ini sejalan dengan paham Qadariah atau Mu’tazilah bukan paham Jabariah atau
Kasb Asy’ariah.
3.
Kedudukan Al Qur’an
Aliran Maturidiah sebagaimana
aliran Asy’ariah berpendapat bahwa Al Qur’an itu tidak diciptakan, tetapi
bersifat qadim.Begitu pula mengenai kewajiban Tuhan mewujudkan perbuatan yang
baik dan yang terbaik sebagaimana pendapat Mu’tazilah, ditolak oleh Al
Maturidi. Menurut Al Maturidi, perbuatan Tuhan itu tidak bias dikatakan wajib,
karena perbuatan wajib itu mengandung unsur paksaan, sedangkan perbuatan Tuhan
itu jika karena terpaksa bertentangan dengan sifat iradahNya. Perbuatan Tuhan
tidak sia-sia pasti ada tujuannya.
4.
Pelaku Dosa Besar
Orang yang berdosa
besar masih tetap mukmin. Mengenai balasan dosa besar itu akan ditentukan Tuhan
di akhirat kelak. Al Maturidi juga menolak paham posisi di antara dua posisi
seperti ajaran Mu’tazilah.
5.
Janji dan Ancaman
Aliran ini sepaham
dengan aliran Mu’tazilah. Janji dan ancaman Tuhan kelak akan terjadi.
Maturidiah tidak sependapat dengan aliran Asy’ariah yang mengatakan bahwa
ayat-ayat yang menggambarkan Tuhan mempunyai bentuk jasmani tidak dapat diberi
interpretasi atau ta’wil.Menurut pendapat al Maturidi, tangan Tuhan, wajah
Tuhan, dan sebagainya mesti diberi arti majazi atau kiasan bukan dalam arti
ta’wil.[5]
D. Golongan Maturidiah
- Golongan Samarkand
Yang menjadi golongan ini adalah pengikut-pengikut
Al-Maturidi sendiri.Golongan ini cenderung ke arah faham Asy’ariyah,
sebagaimana pendapatnya tentang sifat-sifat Tuhan.Dalam hal perbuatan manusia,
maturidi sependapat dengan Mu’tazilah, bahwa manusialah yang sebenarnya
mewujudkan perbuatannya. Al-Maturidi berpendapat bahwa Tuhan memiliki
kewajiban-kewajiban tertentu
Diantara pemahamannya yaitu :
a.
Mengenai Perbuatan Allah
Aliran Maturidiyah Samarkad, yang juga
memberikan batas pada kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, pendapat bahwa
perbuatan Tuhan hanya menyangkut hal-hal yang baik saja. Demikian juga pengiriman
rasul dipandang Maturidiyah Samarkand sebagai kewajiban Tuhan
b.
Mengenai Perbuatan Manusia
kehendak dan daya manusia dalam arti kata sebenarnya
dan bukan dalam arti kiasan, maksudnya daya untuk berbuat tidak diciptakan
sebelumnya, tetapi bersama-sama dengan perbuatannya. Sedangkan Maturidiyah
Bukharah memberikan tambahan dalam masalah daya. Manusia tidak mempunyai daya
untuk melakukan perbuatan, hanya Tuhanlah yang dapat mencipta, dan manusia
hanya dapat melakukan perbuatan yang telah diciptakan Tuhan bagi-Nya
c.
Mengenai Sifat-Sifat Tuhan
Mengatakan bahwa sifat bukanlah Tuhan, tetapi tidak
lain dari Tuhan.Dalam menghadapi ayat-ayat yang memberi gambaran Tuhan bersifat
dengan menghadapi jasmani ini. Al-Maturidi mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan tangan, muka, mata, dan kaki adalah kekuasaan Tuhan
- Golongan Bukhara
Golongan ini dipimpin oleh Abu Al-Yusr Muhammad
Al-Bazdawi.Dia merupakan pengikut Maturidi yang penting dan penerus yang baik
dalam pemikirannya.Nenek Al-Bazdawi menjadi salah satu murid Maturidi.Jadi yang
dimaksud dengan golongan Bukhara adalah pengikut-pengikut Al-Bazdawi dalam
aliran Al-Maturidiyah.Walaupun sebagai pengikut aliran Al-Maturidiyah,
AL-Bazdawi selalu sefaham dengan Maturidi. Ajaran teologinya banyak dianut oleh
umat islam yang bermazhab Hanafi. Dan hingga saat ini pemikiran-pemikiran
Al-Maturidiyah masih hidup dan berkembang di kalangan umat Islam.
Diantara pemahamannya yaitu :
1.
Mengenai Perbuatan Allah
Maturidiyah Bukhara memiliki pandangan yang sama
dengan Asy’ariyah mengenai faham bahwa Tuhan tidak mempunyai kewajiban. Namun,
sebagaimana yang dijelaskan oleh Bazdawi, Tuhan pasti menempati janji-Nya,
seperti memberi upah kepada orang yang berbuat baik, walaupun Tuhan mungkin
saja membatalkan ancaman bagi orang yang berdosa besar. Adapun pandangan
Maturidiyah Bukhara tentang pengiriman rasul, sesuai dengan faham mereka
tentang kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, tidaklah bersifat wajib dan hanya
bersifat mungkin saja
2.
Mengenai Perbuatan Manusia
Sedangkan golongan Samarkand mengatakan bahwa sifat
bukanlah Tuhan, tetapi tidak lain dari Tuhan.Dalam menghadapi ayat-ayat yang
memberi gambaran Tuhan bersifat dengan menghadapi jasmani ini. Al-Maturidi
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tangan, muka, mata, dan kaki adalah
kekuasaan Tuhan
3.
Mengenai Sifat-Sifat Tuhan
Kehendak mutlak Tuhan, menurut Maturidiyah Samarkand,
dibatasi oleh keadilan Tuhan.Tuhan adil mengandung arti bahwa segala
perbuatannya adalah baik dan tidak mampu untuk berbuat buruk serta tidak mengabaikan
kewajiban-kewajiban-Nya terhadap manusia.Adapun Maturidiyah Bukhara berpendapat
bahwa Tuhan memiliki kekuasaan mutlak. Tuhan berbuat apa saja yang
dikehendaki-Nya dan menentukan segala-galanya. Tidak ada yang menentang atau
memaksa Tuhan dan tidak ada larangan bagi Tuhan[6]