Thursday, 30 May 2013

AKAL DAN WAHYU


A.    Akal dan Wahyu Sebagai Sumber Pengetahuan Manusia
Dalam ajaran agama yang diwahyukan ada dua jalan untuk memproleh pengetahuan, pertama dengan jalan akal, kedua dengan jalan wahyu.Menurut filosof islam, akal merupakan salh satu daya yang terdapat dalam diri manusia.
Al Kindi ( 796 - 873 M ) dan Ibnu Maskawih ( 941 – 1030 M )bahwa pada jiwa manusia terdapat tiga daya, yaitu :
1.      Daya bernafsu yang berada di perut.
2.      Daya berani yang berada di dada.
3.      Daya berpikir yang berada di kepala.
Aristoteles
1.      Jiwa tumbuh-tumbuhan ( an nafs nabatiyah)
2.      Jiwa binatang ( an nafs hayawaniyah)
3.      Jiwa manusia ( an nafs al insaniyah)
Ibnu Sina ( 980 – 1037 M )
1.      Jiwa tumbuh-tumbuhan : Daya makan (al gaziyah), Daya tumbuh (al munmiyah), Daya membiak (al muwallidah)
2.      Jiwa binatang : Daya penggerak (al muharrikah), Daya menyerap (al mudrikah)
Akal manusia ini terbagi menjadi dua, yaitu
1.      Akal Praktis yang menerima arti-arti yang berasal dari materi melalui indera pengingat yang ada pada jiwa binatang.
2.      Akal Teoritis yang menangkap arti-arti murni, arti-arti yang tidak ada pada materiseperti Tuhan, roh, dan malaikat
Akal praktis memusatkan pada alam materi, sedangkan akal teoritis mencurahkan perhatiannya pada dunia immateri dan bersifat metafisis. Akal toeritis ini pun terbagi lagimenjadi empat, yaitu :
1.    Akal material merupakan potensi belaka, yaitu akal kesanggupannya untuk menangkap arti-arti murni, arti yang tidak pernah berada dalam materi.
2.    Akal bakat yaitu akal yang kesanggupannya berpikir secara murni abstrak telah mulai kelihatan. Dapat menangkap pengertian dan kaidah umum.
3.    Akal aktuil yaitu akal yang lebih mudah dan telah banyak dapat menangkap pengertian dan kaidah umum dimaksud. Akal actual ini merupakan gudang bagi arti-arti abstrak itu, yang dapat dikeluarkan setiap kali dikehendaji.
4.    Akal perolehan / akal mustafad yaitu akal yang di dalamnya arti-arti abstrak tersebut selamanya sedia untuk dikeluarkan setiap kali dikehendaki.

Akal dalam derajat yang terakhir inilah yang merupakan akal tertinggi dan terkuatdayanya yang dimiliki para filosof atau orang-orang tertentu.Akal inilah yang dapat memahami alam murni abstrak yang tak pernah berada dalam materi.[1]
1.    Pengertian Akal
Kata akal sudah menjadi kata Indonesia, berasal dari kata Arab al-‘Aql (العـقـل), yang dalam bentuk kata benda. Al-Qur’an hanya membawa bentuk kata kerjanya ‘aqaluuh (عـقـلوه) dalam 1 ayat, ta’qiluun (تعـقـلون) 24 ayat, na’qil (نعـقـل) 1 ayat, ya’qiluha (يعـقـلها) 1 ayat dan ya’qiluun (يعـقـلون) 22 ayat, kata-kata itu datang dalam arti faham dan mengerti. Maka dapat diambil arti bahwa akal adalah peralatan manusia yang memiliki fungsi untuk membedakan yang salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuanya sangat luas.
Dalam pemahaman Prof. Izutzu, kata ‘aql di zaman jahiliyyah dipakai dalam arti kecerdasan praktis (practical intelligence) yang dalam istilah psikologi modern disebut kecakapan memecahkan masalah (problem-solving capacity).Orang berakal, menurut pendapatnya adalah orang yang mempunyai kecakapan untuk menyelesaikan masalah.Bagaimana pun kata ‘aqala mengandung arti mengerti, memahami dan berfikir. Sedangkan Muhammad Abduh berpendapat bahwa akal adalah: suatu daya yang hanya dimiliki manusia dan oleh karena itu dialah yang membedakan manusia dari mahluk lain.
2.         Fungsi Akal
1. Tolak ukur akan kebenaran dan kebatilan.
2. Alat untuk mencerna berbagai hal dan cara tingkah laku yang benar.
3. Alat penemu solusi ketika permasalahan datang.
Dan masih banyak lagi fungsi akal, karena hakikat dari akal adalah sebagai mesin penggerak dalam tubuh yang mengatur dalam berbagai hal yang akan dilakukan setiap manusia yang akan meninjau baik, buruk dan akibatnya dari hal yang akan dikerjakan tersebut. Dan  Akal adalah jalan untuk memperoleh iman sejati, iman tidaklah sempurna kalau tidak didasarkan akal iman harus berdasar pada keyakinan, bukan pada pendapat dan akalah yang menjadi sumber keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa.
3.    Kekuatan Akal
1.  Mengetahui Tuhan dan sifat-sifat-Nya.
2.  Mengetahui adanya kehidupan di akhirat.
3.  Mengetahui bahwa kebahagian jiwa di akhirat bergantung pada mengenal tuhan dan berbuat baik, sedang kesngsaran tergantung pada tidak mengenal tuhan dan pada perbuatan jahat.
4.  Mengetahui wajibnya manusia mengenal Tuhan.
5.  Mengetahui kewajiban berbuat baik  dan kewajiban pula menjauhi perbuatan jahat untuk kebahagiannya di akhirat.
6.   Membuat hukum-hukum yang membantu dalam melaksanakan kewajiban tersebut.
4.    Pengertian Wahyu
Kata wahyu berasal dari kata arab الوحي, dan al-wahy adalah kata asli Arab dan bukan pinjaman dari bahasa asing, yang berarti suara, api, dan kecepatan. Dan ketika Al-Wahyu berbentuk masdar memiliki dua arti yaitu tersembunyi dan cepat. oleh sebab itu wahyu sering disebut sebuah pemberitahuan tersembunyi dan cepat kepada seseorang yang terpilih tanpa seorangpun yang mengetahuinya. Sedangkan ketika berbentuk maf’ul wahyu Allah terhadap Nabi-Nya ini sering disebut Kalam Allah yang diberikan kepada Nabi
Menurut Muhammad Abduh dalam Risalatut Tauhid berpendapat bahwa wahyu adalah pengetahuan yang di dapatkan oleh seseorang dalam dirinya sendiri disertai keyakinan bahwa semua itu datang dari Allah SWT, baik melalui perantara maupun tanpa perantara. Baik menjelma seperti suara yang masuk dalam telinga ataupun lainya.
  1. Fungsi wahyu
Wahyu berfungsi memberi informasi bagi manusia. Yang dimaksud memberi informasi disini yaitu wahyu memberi tahu manusia, bagaimana cara berterima kasih kepada Tuhan, menyempurnakan akal tentang mana yang baik dan yang buruk, serta menjelaskan perincian upah dan hukuman yang akan di terima manusia di akhirat.
Sebenarnya wahyu secara tidak langsung adalah senjata yang diberikan Allah kepada Nabi-Nya untuk melindungi diri dan pengikutnya dari ancaman orang-orang yang tak menyukai keberadaanya. Dan sebagai bukti bahwa beliau adalah utusan sang pencipta yaitu Allah SWT.
6.      Kekuatan wahyu
1.   Wahyu ada karena ijin dari Allah, atau wahyu ada karena pemberian Allah.
2.   Wahyu lebih condong melalui dua mukjizat yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
3.   Membuat suatu keyakinan pada diri manusia.
4.   Untuk memberi keyakinan yang penuh pada hati tentang adanya alam ghaib.
5.   Wahyu turun melalui para ucapan nabi-nabi.[2]

Setelah mengetahui bahwa akal adalah daya untuk memperoleh pengetahuan dengan memakai kesan-kesan yang diperoleh pancaindera sebagai bahan pemikiran untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan; dan wahyu adalah sabda Tuhan yang disampaikan kepada orang-orang pilihanNya (nabi dan rasul) untuk umat manusia, yang dari sabda Tuhan itu manusia memperoleh keterangan dan pengetahuan yang diperlukan dalam perjalanan hidupnya, maka nyatalah akal dan wahyu itu sebagai sumber pengetahuan manusia.

Perhatikan gambar berikut :
Tuhan berada di puncak alam wujud dan manusia di kakinya, berusaha dengan akhlaknya untuk sampai kepada Tuhan, dan Tuhan sendiri dengan belas kasihanNya terhadap kelemahan manusia - diperbandingan dengan ke Maha Kuasaan Tuhan - menolong manusia dengan menurunkan wahyu melalui nabi-nabi dan rasul-rasul.

B.     Asy’ariah Tentang Akal dan Wahyu
Aliran Asy’ariah berpendapat bahwa yang dapat diketahui oleh akal hanya wujud Tuhan.Sedangkan yang lainnya, yaitu kewajiban mengetahui Tuhan, mengetahui baik dan jahat serta kewajiban mengerjakan yang baik dan menjahui yang jahat diperlukan wahyu. Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut :

Keterangan :
MT = Mengetahui Tuhan
KMT = Kewajiban Mengetahui Tuhan
MBJ = Mengetahui Baik dan Jahat
KMBJ = Kewajiban Mengerjakan yang Baik dan Menjauhi yang Jahat

      Wahyu mempunyai fungsi yang besar sekali, boleh dikata wahyu menentukan segala hal. Menurut aliran ini, sekiranya wahyu tidak ada, manusia akan bebas berbuat apa saja yang dikehendakinya; dan sebagai akibatnya masyarakat akan berada dalam kekacauan. Dengan demikian wahyu perlu untuk mengatur masyarakat manusia.Menurut ad-Dawwani, salah satu fungsi wahyu ialah memberi tuntunan kepada manusia untuk mengatur hidupnya di dunia.

C.    Mu’tazilah Tentang Akal dan Wahyu
Aliran mu’tazilah berpendapat bahwa keempat masalah pokok, yaitu mengetahui Tuhan, kewajiban mengetahui Tuhan, mengetahui baik dan jahat serta kewajiban mengerjakan yang baik dan menjauhi yang jahat, semuanya dapat diketahui oleh akal.

Perhatikan gambar berikut :


Keterangan :
MT       = Mengetahui Tuhan
KMT    = Kewajiban Mengetahui Tuhan
MBJ     = Mengetahui Baik dan Jahat
KMBJ = Kewajiban Mengerjakan yang Baik dan Menjauhi yang Jahat
Wahyu bagi kaum Mu’tazilah mempunyai fungsi konfirmasi dan informasi, artinya memperkuat apa-apa yang telah diketahui oleh akal dan menerangkan apa-apa yang belum diketahui oleh akal, dan dengan demikian wahyu itu menyempurnakan pengetahuan yang telah diperoleh akal.

D.    Maturidiah Bhukara Tentang Akal dan Wahyu
Aliran Maturidiah Bukharaberpendapat bahwaakal manusia dapat mengetahui Tuhan dan mengetahui baik dan buruk, sedangkan kewajiban mengetahui Tuhan dan kewajiban mengerjakan yang baik dan menjahui yang jahat tidak dapat diketahui oleh akal.Untuk mengetahui kewajiban-kewajiban itu menurut mereka diperlukan wahyu.
Perhatikan gambar berikut :
Keterangan :
MT       = Mengetahui Tuhan
KMT    = Kewajiban Mengetahui Tuhan
MBJ     = Mengetahui Baik dan Jahat
KMBJ = Kewajiban Mengerjakan yang Baik dan Menjauhi yang Jahat

E.     Maturidiah Samarkand Tentang Akal dan Wahyu
Aliran Maturidiah Samarkandberpendapat bahwaakal manusia mampu mengetahui adanya Tuhan, kewajiban mengetahui Tuhan dan mampu mengetahui baik dan buruk.Adapun kewajiban mengerjakan perbuatan yang baik dan menjahui perbuatan yang jahat menurut mereka tidak dapat diketahui oleh akal, tetapi hanya dapat diketahui melalui wahyu.Maka wahyu berfungsi hanya untuk mengetahui kewajiban mengerjakan perbuatan yang baik dan menjahui perbuatan jahat.

Perhatikan gambar berikut :
Keterangan :
MT       = Mengetahui Tuhan
KMT    = Kewajiban Mengetahui Tuhan
MBJ     = Mengetahui Baik dan Jahat
KMBJ = Kewajiban Mengerjakan yang Baik dan Menjauhi yang Jahat

F.     Perbandingan Aliran Teologi Islam
Jika diadakan perbandingan antara pendapat masing-masing aliran mengenai kemampuan akal manusia dan fungsi wahyu dalam hal mengetahui Tuhan, mengetahui baik dan jahat, kewajiban mengetahui Tuhan dan kewajiban mengerjakan perbuatan yang baik dan menjahui perbuatan yang jahat, dapat dibuat tabel sebagai berikut :
Aliran
MT
MBJ
KMT
KMBJ
Asy’ariah
Mu’tazilah
Maturidiah Bukhara
Maturidiah Samarkand
Akal
Akal
Akal
Akal
Wahyu
Akal
Akal
Akal
Wahyu
Akal
Wahyu
Akal
Wahyu
Akal
Wahyu
Wahyu

Penjelasan :
1.      Bagi Asy’ariah, akal hanya dapat mengetahui wujud Tuhan. Mengetahui baik dan jahat, kewajiban mengetahui Tuhan, kewajiban mengerjakan perbuatan yang baik dan menjahui perbuatan yang jahat dapat diketahui hanya melalui wahyu.
2.      Bagi aliran Mu’tazilah, keempat masalah dapt diketahui oleh akal.
3.      Bagi aliran Maturidiah Bukhara, akal dapat mengetahui wujud Tuhan dan mengetahui baik dan jahat. Kewajiban mengetahui Tuhan dan kewajiban mengerjakan perbuatan yang baik dan menjahui perbuatan yang jahat dapat diketahui melalui wahyu
4.      Bagi aliran Maturidiah Samarkand, akal dapat mengetahui wujud Tuhan, mengetahui baik dan jahat dan kewajiban mengetahui Tuhan. Kewajiban mengerjakan perbuatan yang baik dan menjahui perbuatan yang jahat dapat diketahui melalui wahyu.[3]