A.
Akal dan Wahyu Sebagai
Sumber Pengetahuan Manusia
Dalam ajaran agama yang diwahyukan ada dua jalan untuk
memproleh pengetahuan, pertama dengan jalan akal, kedua dengan jalan wahyu.Menurut
filosof islam, akal merupakan salh satu daya yang terdapat dalam diri manusia.
Al Kindi ( 796 - 873 M ) dan Ibnu Maskawih ( 941 – 1030 M )bahwa pada jiwa
manusia terdapat tiga daya, yaitu :
1.
Daya bernafsu yang berada di
perut.
2.
Daya berani yang berada di dada.
3.
Daya berpikir yang berada di
kepala.
Aristoteles
1.
Jiwa tumbuh-tumbuhan ( an nafs
nabatiyah)
2.
Jiwa binatang ( an nafs
hayawaniyah)
3.
Jiwa manusia ( an nafs al
insaniyah)
Ibnu Sina ( 980 – 1037 M )
1.
Jiwa tumbuh-tumbuhan : Daya makan
(al gaziyah), Daya tumbuh (al munmiyah), Daya membiak (al muwallidah)
2.
Jiwa binatang : Daya penggerak (al
muharrikah), Daya menyerap (al mudrikah)
Akal manusia ini terbagi menjadi dua, yaitu
1.
Akal Praktis yang menerima
arti-arti yang berasal dari materi melalui indera pengingat yang ada pada
jiwa binatang.
2.
Akal Teoritis yang menangkap
arti-arti murni, arti-arti yang tidak ada pada materiseperti Tuhan, roh, dan
malaikat
Akal praktis memusatkan pada alam materi, sedangkan
akal teoritis mencurahkan perhatiannya pada dunia immateri dan bersifat
metafisis. Akal toeritis ini pun terbagi lagimenjadi empat, yaitu :
1.
Akal material merupakan potensi
belaka, yaitu akal kesanggupannya untuk menangkap arti-arti murni, arti yang
tidak pernah berada dalam materi.
2.
Akal bakat yaitu akal yang
kesanggupannya berpikir secara murni abstrak telah mulai kelihatan. Dapat
menangkap pengertian dan kaidah umum.
3.
Akal aktuil yaitu akal yang lebih
mudah dan telah banyak dapat menangkap pengertian dan kaidah umum dimaksud.
Akal actual ini merupakan gudang bagi arti-arti abstrak itu, yang dapat
dikeluarkan setiap kali dikehendaji.
4.
Akal perolehan / akal mustafad
yaitu akal yang di dalamnya arti-arti abstrak tersebut selamanya sedia untuk
dikeluarkan setiap kali dikehendaki.
Akal dalam derajat yang terakhir inilah yang merupakan
akal tertinggi dan terkuatdayanya yang dimiliki para filosof atau orang-orang
tertentu.Akal inilah yang dapat memahami alam murni abstrak yang tak pernah
berada dalam materi.[1]
1. Pengertian Akal
Kata akal sudah menjadi kata Indonesia, berasal dari kata
Arab al-‘Aql (العـقـل), yang dalam bentuk kata benda. Al-Qur’an hanya membawa bentuk
kata kerjanya ‘aqaluuh (عـقـلوه) dalam 1 ayat, ta’qiluun (تعـقـلون) 24 ayat, na’qil (نعـقـل) 1 ayat, ya’qiluha (يعـقـلها) 1 ayat dan ya’qiluun (يعـقـلون) 22 ayat, kata-kata itu datang dalam arti faham dan
mengerti. Maka dapat diambil
arti bahwa akal adalah peralatan manusia yang memiliki fungsi untuk membedakan
yang salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuanya sangat
luas.
Dalam
pemahaman Prof. Izutzu, kata ‘aql di zaman jahiliyyah dipakai dalam arti
kecerdasan praktis (practical intelligence) yang dalam istilah psikologi modern
disebut kecakapan memecahkan masalah (problem-solving capacity).Orang berakal,
menurut pendapatnya adalah orang yang mempunyai kecakapan untuk menyelesaikan
masalah.Bagaimana pun kata ‘aqala mengandung arti mengerti, memahami dan
berfikir. Sedangkan Muhammad Abduh berpendapat bahwa akal adalah: suatu daya
yang hanya dimiliki manusia dan oleh karena itu dialah yang membedakan manusia
dari mahluk lain.
2.
Fungsi Akal
1. Tolak ukur akan kebenaran dan kebatilan.
2. Alat
untuk mencerna berbagai hal dan cara tingkah laku yang benar.
3. Alat penemu solusi ketika permasalahan datang.
Dan masih banyak lagi fungsi akal, karena hakikat dari
akal adalah sebagai mesin penggerak dalam tubuh yang mengatur dalam berbagai
hal yang akan dilakukan setiap manusia yang akan meninjau baik, buruk dan
akibatnya dari hal yang akan dikerjakan tersebut. Dan Akal adalah jalan
untuk memperoleh iman sejati, iman tidaklah sempurna kalau tidak didasarkan
akal iman harus berdasar pada keyakinan, bukan pada pendapat dan akalah yang
menjadi sumber keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa.
3. Kekuatan Akal
1. Mengetahui Tuhan dan sifat-sifat-Nya.
2. Mengetahui
adanya kehidupan di akhirat.
3. Mengetahui
bahwa kebahagian jiwa di akhirat bergantung pada mengenal tuhan dan berbuat
baik, sedang kesngsaran tergantung pada tidak mengenal tuhan dan pada perbuatan
jahat.
4. Mengetahui
wajibnya manusia mengenal Tuhan.
5. Mengetahui
kewajiban berbuat baik dan kewajiban pula menjauhi perbuatan jahat untuk
kebahagiannya di akhirat.
6. Membuat
hukum-hukum yang membantu dalam melaksanakan kewajiban tersebut.
4. Pengertian Wahyu
Kata wahyu berasal dari kata arab الوحي, dan al-wahy
adalah kata asli Arab dan bukan pinjaman dari bahasa asing, yang berarti suara, api, dan kecepatan. Dan ketika Al-Wahyu berbentuk masdar
memiliki dua arti yaitu tersembunyi dan cepat. oleh sebab itu wahyu sering
disebut sebuah pemberitahuan tersembunyi dan cepat kepada seseorang yang
terpilih tanpa seorangpun yang mengetahuinya. Sedangkan ketika berbentuk maf’ul wahyu Allah terhadap Nabi-Nya ini sering disebut Kalam Allah yang diberikan kepada Nabi
Menurut Muhammad Abduh dalam Risalatut Tauhid berpendapat
bahwa wahyu adalah pengetahuan yang di dapatkan oleh seseorang dalam dirinya
sendiri disertai keyakinan bahwa semua itu datang dari Allah SWT, baik melalui
perantara maupun tanpa perantara. Baik
menjelma seperti suara yang masuk dalam telinga ataupun lainya.
Wahyu
berfungsi memberi informasi bagi manusia. Yang dimaksud memberi informasi disini yaitu wahyu
memberi tahu manusia, bagaimana cara berterima kasih kepada Tuhan,
menyempurnakan akal tentang mana yang baik dan yang buruk, serta menjelaskan
perincian upah dan hukuman yang akan di terima manusia di akhirat.
Sebenarnya wahyu secara tidak langsung adalah senjata
yang diberikan Allah kepada Nabi-Nya untuk melindungi diri dan pengikutnya dari ancaman
orang-orang yang tak menyukai keberadaanya. Dan sebagai bukti bahwa beliau adalah utusan sang pencipta
yaitu Allah SWT.
1. Wahyu
ada karena ijin dari Allah, atau wahyu ada karena pemberian Allah.
2. Wahyu
lebih condong melalui dua mukjizat yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
3. Membuat
suatu keyakinan pada diri manusia.
4. Untuk
memberi keyakinan yang penuh pada hati tentang adanya alam ghaib.
5. Wahyu
turun melalui para ucapan nabi-nabi.[2]
Setelah mengetahui bahwa akal adalah daya untuk
memperoleh pengetahuan dengan memakai kesan-kesan yang diperoleh pancaindera
sebagai bahan pemikiran untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan; dan wahyu
adalah sabda Tuhan yang disampaikan kepada orang-orang pilihanNya (nabi dan
rasul) untuk umat manusia, yang dari sabda Tuhan itu manusia memperoleh
keterangan dan pengetahuan yang diperlukan dalam perjalanan hidupnya, maka
nyatalah akal dan wahyu itu sebagai sumber pengetahuan manusia.
Perhatikan gambar berikut :
Tuhan berada di puncak alam wujud dan manusia di
kakinya, berusaha dengan akhlaknya untuk sampai kepada Tuhan, dan Tuhan sendiri
dengan belas kasihanNya terhadap kelemahan manusia - diperbandingan dengan ke
Maha Kuasaan Tuhan - menolong manusia dengan menurunkan wahyu melalui nabi-nabi
dan rasul-rasul.
B.
Asy’ariah Tentang Akal dan
Wahyu
Aliran Asy’ariah berpendapat bahwa yang dapat
diketahui oleh akal hanya wujud Tuhan.Sedangkan yang lainnya, yaitu kewajiban
mengetahui Tuhan, mengetahui baik dan jahat serta kewajiban mengerjakan yang
baik dan menjahui yang jahat diperlukan wahyu. Untuk lebih jelasnya lihat
gambar berikut :
Keterangan :
MT = Mengetahui Tuhan
KMT = Kewajiban Mengetahui Tuhan
MBJ = Mengetahui Baik dan Jahat
KMBJ = Kewajiban Mengerjakan yang Baik dan Menjauhi yang Jahat
Wahyu mempunyai fungsi
yang besar sekali, boleh dikata wahyu menentukan segala hal. Menurut aliran ini,
sekiranya wahyu tidak ada, manusia akan bebas berbuat apa saja yang
dikehendakinya; dan sebagai akibatnya masyarakat akan berada dalam kekacauan.
Dengan demikian wahyu perlu untuk mengatur masyarakat manusia.Menurut
ad-Dawwani, salah satu fungsi wahyu ialah memberi tuntunan kepada manusia untuk
mengatur hidupnya di dunia.
C.
Mu’tazilah Tentang Akal dan
Wahyu
Aliran mu’tazilah berpendapat bahwa keempat masalah
pokok, yaitu mengetahui Tuhan, kewajiban mengetahui Tuhan, mengetahui baik dan
jahat serta kewajiban mengerjakan yang baik dan menjauhi yang jahat, semuanya
dapat diketahui oleh akal.
Perhatikan gambar berikut :
Keterangan :
MT = Mengetahui Tuhan
KMT = Kewajiban Mengetahui Tuhan
MBJ = Mengetahui Baik dan Jahat
KMBJ = Kewajiban Mengerjakan yang Baik dan Menjauhi yang Jahat
Wahyu bagi kaum Mu’tazilah mempunyai fungsi konfirmasi
dan informasi, artinya memperkuat apa-apa yang telah diketahui oleh akal dan
menerangkan apa-apa yang belum diketahui oleh akal, dan dengan demikian wahyu
itu menyempurnakan pengetahuan yang telah diperoleh akal.
D.
Maturidiah Bhukara Tentang
Akal dan Wahyu
Aliran Maturidiah Bukharaberpendapat bahwaakal manusia
dapat mengetahui Tuhan dan mengetahui baik dan buruk, sedangkan kewajiban
mengetahui Tuhan dan kewajiban mengerjakan yang baik dan menjahui yang jahat
tidak dapat diketahui oleh akal.Untuk mengetahui kewajiban-kewajiban itu
menurut mereka diperlukan wahyu.
Perhatikan gambar berikut :
Keterangan :
MT = Mengetahui Tuhan
KMT = Kewajiban Mengetahui Tuhan
MBJ = Mengetahui Baik dan Jahat
KMBJ = Kewajiban Mengerjakan yang Baik dan Menjauhi yang Jahat
E.
Maturidiah Samarkand
Tentang Akal dan Wahyu
Aliran Maturidiah Samarkandberpendapat bahwaakal
manusia mampu mengetahui adanya Tuhan, kewajiban mengetahui Tuhan dan mampu
mengetahui baik dan buruk.Adapun kewajiban mengerjakan perbuatan yang baik dan
menjahui perbuatan yang jahat menurut mereka tidak dapat diketahui oleh akal,
tetapi hanya dapat diketahui melalui wahyu.Maka wahyu berfungsi hanya untuk
mengetahui kewajiban mengerjakan perbuatan yang baik dan menjahui perbuatan
jahat.
Perhatikan gambar berikut :
Keterangan :
MT = Mengetahui Tuhan
KMT = Kewajiban Mengetahui Tuhan
MBJ = Mengetahui Baik dan Jahat
KMBJ = Kewajiban Mengerjakan yang Baik dan Menjauhi yang Jahat
F.
Perbandingan Aliran Teologi
Islam
Jika diadakan perbandingan antara pendapat
masing-masing aliran mengenai kemampuan akal manusia dan fungsi wahyu dalam hal
mengetahui Tuhan, mengetahui baik dan jahat, kewajiban mengetahui Tuhan dan
kewajiban mengerjakan perbuatan yang baik dan menjahui perbuatan yang jahat,
dapat dibuat tabel sebagai berikut :
Aliran
|
MT
|
MBJ
|
KMT
|
KMBJ
|
Asy’ariah
Mu’tazilah
Maturidiah
Bukhara
Maturidiah
Samarkand
|
Akal
Akal
Akal
Akal
|
Wahyu
Akal
Akal
Akal
|
Wahyu
Akal
Wahyu
Akal
|
Wahyu
Akal
Wahyu
Wahyu
|
Penjelasan :
1.
Bagi Asy’ariah, akal hanya dapat
mengetahui wujud Tuhan. Mengetahui baik dan jahat, kewajiban mengetahui Tuhan,
kewajiban mengerjakan perbuatan yang baik dan menjahui perbuatan yang jahat
dapat diketahui hanya melalui wahyu.
2.
Bagi aliran Mu’tazilah, keempat
masalah dapt diketahui oleh akal.
3.
Bagi aliran Maturidiah Bukhara,
akal dapat mengetahui wujud Tuhan dan mengetahui baik dan jahat. Kewajiban
mengetahui Tuhan dan kewajiban mengerjakan perbuatan yang baik dan menjahui
perbuatan yang jahat dapat diketahui melalui wahyu
4.
Bagi aliran Maturidiah Samarkand,
akal dapat mengetahui wujud Tuhan, mengetahui baik dan jahat dan kewajiban
mengetahui Tuhan. Kewajiban mengerjakan perbuatan yang baik dan menjahui
perbuatan yang jahat dapat diketahui melalui wahyu.[3]